Oleh : beritasumut.com
27 October 2020 09:11 AMPenjabat sementara (Pjs) Wali Kota Medan, Ir Arief Sudarto Trinugroho MT sekaligus sebagai Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan Sekretariat Daerah Provinsi Sumut yang mewakili Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengapresiasi dengan digelarnya kegiatan konferensi Sumatranomics 2020 yang diselenggarakan oleh Bank Indoesia Perwakilan Provinsi Sumut, di Hotel Santika Dyandra, Senin (26/10/2020).
Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran oleh para pakar, akademisi, praktisi, unsur pemerintah, dan seluruh stakeholder dalam memberikan kontribusi bagi penanganan permasalahan serta perumusan strategi dan kebijakan ekonomi di wilayah Sumatera secara umum dan Provinsi Sumatera Utara secara khusus.
Konferensi Sumatranomics tahun 2020 ini turut dihadiri Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat dan diikuti secara virtual oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo serta seluruh Kepala Perwakilan Bank Indonesia se-seluruh Indonesia.
Pjs Wali Kota Medan dalam sambutannya mengatakan Provinsi Sumatera Utara termasuk Kota Medan saat ini masih menghadapi kondisi pandemi Covid-19 yang telah memberikan efek domino pada berbagai aspek kehidupan. Kondisi positif masyarakat yang masih terus bertambah masih menyebabkan permasalahan pada sektor kesehatan. Sedangkan pada aspek ekonomi, dihadapkan pada kondisi ekonomi global yang menurun tajam, konsumsi masyarakat yang melemah, serta penurunan yang terjadi di hampir semua sektor, sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi menjadi terkontraksi.
Bahkan dikatakan Arief, Provinsi Sumut tercatat pada Triwulan II tahun 2020 ini kondisi pertumbuhan ekonominya terkontraksi menjadi sebesar -2,37%. Meski demikian, Pjs Wali Kota Medan menyebutkan angka ini memang masih lebih baik jika dibandingkan nasional yang terkontraksi sebesar -5,32%. "Pertumbuhan ekonomi Sumut masih terbantu dari sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 5,42%, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial sebesar 3,09%, serta sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang tercatat sebesar 1,42%."jelasnya.
Sedangkan sektor yang mengalami kontraksi tertinggi, sebut Pjs Wali Kota Medan, adalah sektor transportasi dan pergudangan sebesar -20,32%, sektor penyediaan akomodasi dan makan sebesar -14,77%, dan jasa perusahaan sebesar -7,69%. Pada bulan September tahun 2020 ini, Provinsi Sumut juga masih mengalami deflasi sebesar 0,01%.
Hal ini tentu menjadi indikasi bahwa pandemi Virus Corona 2019 (Covid-19) telah berdampak kepada pelemahan demand masyarakat. Sebagai dampak dari pelemahan ekonomi akibat dari pandemi ini, sebut Pjs Wali Kota Medan lagi, Pemerintah Provinsi Sumut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2020 hanya akan tumbuh sebesar 1,2 - 1,6% pada skenario sangat berat, serta pada tahun 2021 diproyeksikan sebesar 4,70 - 5,70%. “Sementara inflasi diharapkan berada pada angka 2,00 ± 1% (dua plus minus satu persen) pada tahun 2020, dan 2,85 ± 1 (dua koma delapan lima plus minus satu persen) pada tahun 2021,"jelasnya.
Untuk menghadapi hal tersebut, Pjs Wali Kota Medan mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Sumut telah merumuskan enam strategi yang diharapkan dapat memperkuat penanganan Covid-19 di Provinsi yang dicintai ini yaitu 3T (Testing, Tracing, Treatment) yang masif, prakondisi tatanan normal baru, pemulihan sisi demand melalui pemberian jaring pengamanan sosial.
”Selanjutnya pemulihan sisi supply melalui stimulus ekonomi bagi wirausaha/UMKM, penerapan ekonomi digital di berbagai sektor terutama pada sektor UMKM, penguatan sektor pariwisata yang aman Covid-19, penguatan sektor pertanian dan ketahanan pangan dan penguatan sektor industri dan investasi dan yang terakhir ialah percepatan penyerapan belanja Pemerintah serta penguatan konsolidasi gugus tugas," papar Pjs Wali Kota Medan.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat dalam sambutanya mengatakan Perekonomian global saat ini sedang dihadapkan dengan kondisi pandemi covid-19. Kondisi tersebut mengakibatkan terganggunya permintaan global sehingga mengalami kontraksi akibat kebijakan lokcdown. Untuk Sumut sendiri pertumbuhan ekonomi di prediksi melambat akibat daya beli masyarakat yang juga mengalami penurunan.
”Pada tahun 2020, seluruh kab/kota di Sumut juga mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, sektor utama yang biasa mendorong pertumbuhan ekonomi tidak mengalami peningkatakan. Meskipun demikian, ekonomi mulai membaik pada triwulan III dan diharapkan terus tumbuh di triwulan IV, hal ini tidak terlepas dari program pemulihan nasional melalui bansos yang di salurkan Pemerintah Pusat dan refocusing anggaran Pemerintah Daerah untuk kegiatan-kegiatan yang kurang penting," ungkap Wiwiek.
Untuk itulah, sambungnya, dengan digelarnya Konferensi Sumatranomics tahun 2020 yang merupakan ajang diharapkan dapat menghasilkan riset dan inovasi sebagai modal masukan dalam kemajuan bidang ekonomi di masa krisis saat ini. "Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi bahan masukan dalam mendukung percepatan ekonomi daerah," tutup Wiwiek. (Rel)
Sumber : Klik di sini
Ribuan peluang menanti, jelajahi sekarang untuk mempelajari lebih lanjut.